Ribuan anak terpaksa menjadi pengungsi akibat gempa bumi di Bumi Andalas. Walau hidup penuh keterbatasan, mereka bisa enjoy saja menjalani hari-hari di bawah tenda, bedeng, shelter, atau penampungan pengungsi. Namun, hujan yang mulai sering mengguyur deras belakangan ini, niscaya membuat anak-anak kehilangan ruang bermain dan keceriaan; Bengong, merengek, menangis, sakit. Maka semakin lengkaplah derita keluarganya di pengungsian.
Tidak, anak-anak itu tidak boleh dibiarkan sendirian berkelahi dengan ketidakpastian. Apalagi banyak diantara mereka adalah kader-kader calon penghafal Al Qur’an di pesantren, TPQ, atau surau setempat. Untuk merekalah Mobile Qur’an dan Sahabat Pengungsi hadir di Sumatera Barat.
Sabtu malam (10/10), Mobile Qur’an berangkat dari markas PPPA Daqu di Ciledug, menuju Kota Padang. Diawaki oleh Kak Amir dan Kak Thoyib, yang sudah menjadi sahabat lebih dari 1000 bocah facebookers.
Di Kota Padang, PPPA Daqu berposko di Majelis Dhuha Nasional di Masjid Al Muhsin. Alhamdulillah, masjid ini masih utuh walau digoncang gempa dahsyat tempo hari. Selanjutnya, Tim PPPA akan beraksi di sejumlah titik pengungsi di Padang, Pariaman, dan Agam.
‘’Disamping menyampaikan sedikit bantuan berupa pakaian dan peralatan shalat titipan para donatur, misi Mobile Qur’an berfokus pada trauma dan spiritual healing,’’ jelas Tarmizi, Direktur Eksekutif PPPA Daqu. Hal ini dilakukan melalui aksi verbal Kak Thoyib yang didukung sarana audiovisual.
Tarmizi menambahkan, Mobile Qur’an bakal beraksi selama dua pekan. Berdasarkan pemetaan yang mereka lakukan, PPPA Daqu selanjutnya akan mengirim tim kedua yaitu Sahabat Pengungsi.
‘’Sahabat Pengungsi terdiri para mahasiswa Tahfidz Qur’an dari STIMIK Antar Bangsa Ciledug, yang akan bertugas di pesantren darurat di sejumlah titik pengungsi di Padang, Pariaman, dan Agam,’’ papar Tarmizi.
Ia menjelaskan, pesantren darurat ada dua macam. ‘’Pertama, kita mendirikan kelas sementara di bekas reruntuhan pesantren, TPQ, atau surau. Kedua, kita menempatkan guru tahfidz di pesantren, TPQ, atau surau yang masih utuh namun kehilangan guru.’’ (www.pppa.or.id)
Minggu, 18 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar