-->

FOZ adalah Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat Indonesia berfungsi sebagai wadah berhimpunnya BAZ dan LAZ di Indonesia. berdiri pada hari Jumuat Tanggal 19 Sep 1997
Hadiri dan Ramaikan World Zakat Forum Days 2010 di Yogyakarta 28th September - 2nd Oktober klik di sini

Kamis, 08 Januari 2009

'Tetap Optimis, Potensi Zakat Belum Terjaring Seluruhnya'

Sahabudin

Direktur Pos Keadilan dan Peduli Umat

Berdasarkan logika menurunnya kinerja perusahaan bisa berimbas pada penurunan penghimpunan dana ZIS. Namun, penghimpunan zakat tahun ini diyakini bisa tetap tumbuh dibandingkan tahun lalu.

Sepanjang 2008 lalu, cukup banyak perusahaan yang mengalami penurunan kinerja akibat terkena dampak krisis keuangan global. Bahkan, beberapa perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sebagian karyawannya agar tetap bertahan hidup. Menurunnya kinerja perusahaan bisa berdampak pada penurunan dana tanggung jawan sosial (CSR) yang selama ini menjadi salah satu sumber dana LAZ. Sedangkan, banyaknya karyawan yang dirumahkan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan di tanah air sehingga peran zakat semakin dibutuhkan.

Menurut Direktur PKPU Sahabudin, krisis keuangan global dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia merupakan fakta realitas yang harus diterima semua pihak. Namun, ia meyakini dampak krisis global tersebut kemungkinan tidak akan menyeret Indonesia mengulangi krisis moneter 1997. Hal itu berdasarkan prediksi sejumlah pengamat ekonomi.

Sahabudin menyebutkan, krisis global berawal dari krisis keuangan di AS. Hal itu terjadi dari berbagai transaksi derivatif yang sangat besar dan berimbas pada sektor riil negara itu. Bahkan, krisis keuangan AS mengglobal dan berimbas pada berbagai negara yang menggunakan dolar AS sebagai salah satu alat transaksi perdagangan ekspor impor. Salah satunya adalah Indonesia.

Krisis keuangan global memang akan berdampak pada kinerja sejumlah perusahaan di Indonesia. Terlebih, hingga kini, terdapat sejumlah perusahaan yang telah merumahkan sebagian pekerja sebagai upaya efisiensi agar tetap bertahan dari ancaman kebangkrutan.

Dari sisi LAZ, berdasarkan logika matematis menurunnya kinerja perusahaan bisa berimbas pada penurunan penghimpunan dana ZIS. Namun, penghimpunan zakat tahun ini diyakini bisa tetap tumbuh dibandingkan tahun lalu. Hal itu karena kapasitas penghimpunan potensi zakat di tanah air belum maksimal sehingga masih terdapat ruang yang bisa dioptimalkan. Dampak krisis global hanya memperkecil ruang potensi penghimpunan saja. ''Secara logika memang bisa menurun, tapi hingga kini saya tidak melihat ada dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) yang menurun. Ini mungkin karena kapasitas penghimpunan potensi belum full (penuh),'' kata Sahabudin.

Selain itu, masa hantaman krisis global atas berbagai perusahaan seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai momentum mendorong berbagai lembaga amil untuk lebih kreatif dalam pengelolaan zakat mencakup kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana ZIS. Terlebih, kreatifitas merupakan salah satu elemen penting bagi pengembangan perzakatan tanah air. ''Banyaknya masyarakat yang di-PHK seharusnya dijadikan momentum untuk lebih membantu dan menyadarkan mereka tentang pentingnya dan manfaat zakat,'' katanya.

Kemudian, penting juga bagi pemerintah dan LAZ mendorong pengembangan ekonomi produktif masyarakat dhuafa. Hal itu bisa dilakukan dengan memberikan dana insentif agar banyak masyarkat dhuafa bisa berkarya memperbaiki status ekonomi. Sementara, pemerintah juga bisa berperan mendorong belanja domestik sehingga kegiatan perekonomian berjalan.

Langkah lain yang perlu dikembangkan LAZ tahun ini adalah mendorong kelengkapan layanan penghimpunan dan penyaluran dana ZIS. Selain itu, kualitas layanan tersebut juga perlu terus ditingkatkan sehingga semakin memudahkan masyarakat untuk membayar dan menyerap zakat.

Menurut Sahabudin, dalam melakukan sosialisasi dan promo, LAZ sebaiknya melakukan penyadaran bahwa sebetulnya berzakat tidak akan membuat orang miskin. Malahan semakin banyak berzakat, orang bisa semakin kaya dunia dan akhirat. Hal itu karena zakat dimaknai tidak sebagai beban melainkan investasi berlipat ganda. ''Bila pemahaman seperti ini yang didorong dan dipahami penuh oleh banyak mayaraat maka pembayaran zakat bisa meningkat,'' katanya .

Mereka juga perlu diberikan pemahaman bahwa pembayaran zakat bisa mendorong perkembangan ekonomi nasional. Hal itu karena dana zakat yang mereka bayar disalurkan untuk membantu perekonomian masyarakat dhuafa di tempat lain. Bila kegiatan pemanfaatan zakat produktif ini terus berlanjut, maka bisa memberikan manfaat berlipat bagi perkembangan ekonomi sektor riil. Pemahaman serupa juga perlu didorong bagi manajemen berbagai perusahaan.

Berdasarkan sejumlah pertimbangan tersebut, Sahabudin meyakini meski terkena dampak krisis, penghimpunan dana ZIS berbagai lembaga amil tetap akan tumbuh tahun ini. Sebagai contoh, hingga akhir tahun lalu, PKPU menjaring dana ZIS sekitar Rp 40 miliar. Dengan menggunakan perhitungan konservatif, penghimpunan tersebut bisa meningkat 15 persen menjadi sekitar Rp 50-55 miliar. Bahkan, penghimpunan bisa dinaikkan 30-100 persen dari pencapaian tahun lalu. Syaratnya, kualitas layanan penghimpunan dan penyaluran terus ditingkatkan.

Sahabudin juga menyatakan pentingnya dukungan pemerintah terhadap perkembangan zakat. Sebagaimana diterangkan di awal, zakat bisa menjadi kekuatan domestik dalam menghadapi ancaman krisis global yang menghantam perekonomian Indonesia. ''Pemerintah seharusnya lebih mendorong perkembangan zakat sehingga program pemberdayaan ekonomi produktif melalui dana zakat bisa berkalan optimal,'' katanya. bai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar